ID
Foto: Dok. Sean Gelael

Cerita Sean, Stoffel, dan Tom Tentang Podium Le Mans 24H

23 Agustus 2021 22:32

LE MANS - Sehari setelah keberhasilan meraih posisi runner-up kelas LMP2 di 24 Hours of Le Mans, Minggu (22/8/2021), Sean Gelael, Tom Blomqvist, dan Stoffel Vandoorne berbagi cerita dengan media Tanah Air lewat zoom conference. Ketiga pebalap kini sedang berada di London, Inggris.

Mereka kompak mengatakan bahwa karena masih ada sisa adrenalin yang sangat tinggi di Le Mans, saat ini merasa tetap segar walau habis balapan sehari semalam. "Tapi enggak tahu nanti atau besok. Yang pasti seminggu ini kami enjoy dulu," kata mereka.

Sean menceritakan manfaat persiapan panjang, apakah itu fisik, diet, sampai simulator khusus. "Pas malam hari itu memang enggak gampang terutama di area gelap di Mulsanne Straight. Lampu penerangan enggak ada, tapi begitu ada lampu kayak nyamperin kita dengan cepat padahal kita tetap mesti tetap fokus dalam kecepatan tinggi," katanya tentang manfaat simulator balapan malam.

"Soal diet dan menjaga fisik, kami diberi program khusus dan menjalaninya dengan tepat. Kami hanya tidur sekitar 2,5 jam saat lagi enggak geber mobil dan enggak bisa tidur lebih dari itu. Soal fisik, itu bisa tetap terjaga karena asupan kami pun diawasi," tambah Sean.

"Benar, kami tak bisa tidur lama karena tetap harus mengetahui secara detail apa yang terjadi dengan teman kami. Tidur secukupnya saja," kata Tom. "Dan kami berterima kasih kepada para engineer, karena mereka benar-benar tidak tidur sejak sebelum hingga selama balapan," timpal Sean.

Tom lalu menjelaskan soal penalti yang diterimanya. "Dalam kondisi itu memang penalti bisa terjadi dan itu adalah kesalahan. Tapi yang disayangkan, pengumumannya terlalu lama, sementara kami sedang menjalankan program lain," ungkapnya. 

JOTA #28 memang kena penalti drive thru akibat Tom melindas garis putih sebelum masuk pit dan 90 detik stop-and-go karena Tom salah masuk rombongan Safety Car. Dan yang menjalankan penalti tersebut adalah Stoffel.

"Penalti yang berat memang dan jadi semacam setback bagi kami. Tapi kami setelah itu tetap fokus untuk recover," kata Stoffel.

Stoffel juga menambahkan, salah satu alasan kenapa mereka bisa tetap fokus dan prima adalah juga berkat training camp di Ibiza, Spanyol. "Di sana kami membangun chemistry dan hasilnya terlihat di Le Mans. Kami kompak dan tugas masing-masing dijalankan dengan baik, tanpa salah," katanya.

Soal apa yang ada di pikiran Tom pada lap terakhir dia bilang, "Saat itu kami ada di posisi tiga dan terus memangkas jarak. Tapi tiba-tiba di radio masuk berita, kamu bisa nomor satu!! Wah, langsung saja saya geber habis dan terus lebih menempel lawan di depan. Dengan semua sisa kemampuan yang ada kami coba maksimal. Dan walaupun akhirnya gagal tapi kami puas. Mungkin kalau ada tambahan 1 lap lagi kami bisa menang."

Tom dan Stoffel mengakui mobil mereka sangat prima selama balapan di Circuit de la Sharte tersebut. "Ini semua berkat Sean yang melakukan Test Day sendirian untuk menjajal semua setelan mobil dan kebutuhan lain, saat kami mengikuti Formula E di Bahrain. Jadi kami berterima kasih pada Sean," ungkap Tom dan Stoffel.

Soal masa depan, Sean menyatakan bahwa dia nyaman di kejuaraan ini. "Saya menikmati sports car dan endurance racing. Saya ingin bertarung di level atas, kelas LMDh, mulai musim 2023. Dan kalau bisa saya ingin tetap bersama Tom dan Stoffel yang sudah seperti saudara sendiri. Soal tim berisikan all-Indonesian driver, idenya bagus tapi keputusan pembentukan itu bukan di tangan saya," kata Sean.

Mereka kini memimpin klasemen LMP2, tapi belum puas akan satu hal: menang balapan. Ya, dari empat balapan mereka sudah tiga kali podium (dua P2 dan satu P3) namun belum sekalipun menang.

"Di Bahrain, kami ingin mempertahankan posisi di klasemen itu dengan tekad tambahan untuk jadi pemenang balapan," ujar mereka.

Dua seri pamungkas FIA World Endurance Championship digelar di Bahrain pada 30 Oktober (6 jam) dan 6 November (8 jam).
 

ACF

Berita Lainnya

FOLLOW US ON SOCIAL MEDIA